Cokelat adalah salah satu snack yang sangat populer di dunia. Cokelat tak hanya enak, namun juga memiliki berbagai gizi yang baik untuk manusia, sebagaimana disebutkan di The Journal of Nutrition. Berdasarkan riset tersebut, konsumsi cokelat dapat membantu mengurangi low-density lipoprotein (LDL). Namun, kali ini kita tidak akan membahas gizi dari cokelat, melainkan melihat sekilas sejarah dari cokelat batangan.
Kali ini IDN Times akan mengajakmu melihat kembali ke asal muasal cokelat batangan, yang dikutip dari berbagai narasumber. Yuk, mari kita simak bersama!
1. Cara menikmati cokelat zaman dahulu
ilustrasi cokelat (pexels.com/vie-studio)
Sebelum adanya cokelat batangan, orang-orang-orang hanya menikmati cokelat dengan cara meminumnya, seperti dikutip dari History dan juga Tcho. Bahkan jejak kokoa yang pertama kali ditemukan oleh para ilmuwan telah digunakan pada 5300 yang lalu. Jejak kokoa tertua ini ditemukan di daerah Amazon, Ekuador.
Mesoamerika kuno percaya bahwa cokelat adalah makanan para dewa, sehingga mereka hanya menggunakannya ketika ada upacara adat tertentu. Para warga Mesoamerika akan menggiling biji-biji kakao untuk menjadi pasta dan dicampur dengan rempah-rempah seperti vanili atau madu, untuk memberikan rasa yang beragam. Teknik ini sudah ada sejak 1900 sebelum masehi.
Nah, orang-orang kuno pada masa itu, terutama suku Maya maupun Aztec, percaya bahwa meminum cokelat ini bisa menaikan mood lebih baik. Rumornya, raja suku Aztec, Montezuma, memakan cokelat ini setidaknya tiga galon setiap harinya.
Orang-orang Mesoamerika ini terus menikmati cokelat, hingga tahun 1500, tibalah pendatang dari Spanyol, Hernán Cortés, yang mencoba minuman tersebut dan membawanya kembali ke negaranya. Kebanyakan kala itu hanya anggota bangsawan yang bisa menikmati cokelat, dengan cara dicampurkan tebu dan juga kayu manis.
2. Penduduk Spanyo memperkenalkan cokelat kepada Eropa
ilustrasi cokelat (pixabay.com/congerdesign)
Kepopuleran cokelat mulai dirasakan di Eropa pada tahun 1500-an, di mana anggota kerajaan mengonsumsinya sebagai minuman, untuk alasan kesehatan. Seperti yang dijelaskan di artikel IDN Times sebelumnya, bahwa cokelat memiliki kandungan molekul psikoaktif yang memberikan rasa nyaman. Dan kandungan theobromine, caffeine, methyl-xanthine juga phenylethylalanine yang bisa memperbaiki mood.
Bisa dibilang orang-orang di Eropa sangat ketagihan dengan cokelat, sehingga mereka mendirikan perkebunan kolonial di seluruh dunia untuk menanam kakao dan gula. Penyebaran ini sebenarnya juga menyebabkan smallpox dibawa ke daerah Amerika Selatan, yang membuat suku-suku Aztec dan Maya yang tidak memiliki imun meninggal, seperti dilansir PBS. Kala itu tidak ada pengobatan antivirus yang efektif untuk mengobati smallpox yang terjadi. Karena populasi orang-orang Meoamerika yang menurun akibat virus yang dibawa oleh para penjajah, orang-orang Eropa mempekerjakan budak-budak Afrika ke Amerika Selatan untuk bekerja di perkebunan.
3. Revolusi cokelat pada 1828
ilustrasi cokelat (pixabay.com/publicdomainpictures)
Cokelat masih menjadi makanan yang dikonsumsi oleh keluarga kerajaan hingga adanya penemuan cocoa press seperti yang dikutip dari History. Orang yang cukup berperan dari penemuan mesin cocoa press itu tak lain adalah Coenraad Johannes van Houten atau sang ayah, Casparus.
Fungsi dari coco press itu memeras sisa lemak dari biji kakao yang sudah di panggang, dan hanya menyisakan sisa dari kokoa, yang menyerupai kue kering yang dapat dihaluskan menjadi bubuk halus, kemudian dapat dicampur dengan cairan dan bahan lainnya. Kemudian bahan-bahan ini dituang ke dalam cetakan dan dipadatkan untuk menjadi cokelat yang dapat dimakan dan mudah dicerna.
Mesin ini adalah pelopor cokelat batangan di tahun-tahun berikutnya. Adanya mesin ini membuat cokelat memiliki penurunan biaya produksi dan membuat cokelat lebih terjangkau untuk kalangan masyarakat.
4. Cokelat batangan yang pertama berhasil adalah produksi tahun 1847
ilustrasi cokelat batangan (pexels.com/fotios)
Pertama, mengutip dari Everyday Health, cokelat batangan ini mulai diperkenalkan oleh publik pada tahun 1847. Cokelat batangan ini diperkenalkan oleh Joseph Fry dan anaknya yang mencetak pasta bubuk cocoa, yang dicampur dengan gula dengan bentuk “batangan”.
Nah, cokelat batangan ini selanjutnya dikembangkan oleh John Cadbury yang juga akhirnya memiliki pabrik cokelat atas namanya sendiri. Selanjutnya, cokelat susu pertama dibuat oleh Henry Nestle dan Daniel dengan menambahkan sedikit susu agar menghasilkan rasa creamy dan rasa yang lebih lembut.
Industri cokelat batangan mulai naik pada tahun 1890-an dan awal 1900-an. Banyak produk-produk cokelat yang kita kenal sekarang mulai meningkatkan produksinya dan mereka juga menyediakan berbagai rasa untuk memikat lebih banyak orang lagi, seperti yang dikutip dari Tcho.
5. Mendapatkan popularitas pada Perang Dunia I dan setelahnya
ilustrasi cokelat batangan (pexels.com/ekrulila)
Masih mengutip Everyday Health dan History, industri cokelat mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah Amerika Serikat ketika ada Perang Dunia I. Kala itu pemerintah memesan 9 kg sampai 18 kg cokelat batangan untuk setiap tentaranya. Cokelat-cokelat ini dijadikan bekal untuk para tentara yang berperang di luar negeri. Misalnya di Inggris, setiap tentara akan mendapatkan “King George Chocolate Tin.”
Selanjutnya popularitas cokelat batangan tetap terus meningkat, karena banyak dari tentara yang pulang pun sudah menyukai rasa manis, lembut dari cokelat batangan yang ada. Bahkan sejak setelah Perang Dunia I usai, sudah ada 40,000 varian rasa cokelat yang tersedia di publik.
Cokelat batangan juga sangat penting untuk para tentara ketika Perang Dunia II terjadi. Mengutip History, pada tahun 1937 tentara Amerika Serikat datang kepada salah satu produsen cokelat ternama berinisial H untuk membuat cokelat khusus diperuntukkan para tentara. Tentara Amerika meminta agar cokelat itu memiliki setidaknya 113 gram kandungan murni, agar para tentara memiliki energi yang cukup.
Cokelat yang dibawa untuk para tentara itu mengandung bahan cokelat, gula, mentega kokoa, skim milk powder dan tepung gandum. Namun cokelat ini sulit untuk dimakan, karena cokelat yang juga dikenal sebagai D-ration ini memiliki tekstur yang sangat keras, sehingga para tentara harus memotongnya dengan pisau mereka.
Industri cokelat tetap menemukan pasarnya kembali setelah Perang Dunia II. Adanya perbaikan pada bidang manufaktur, transportasi, dan mesin pendinginan semakin membuat produksi cokelat lebih mudah. Kala itu banyak perusahaan besar juga membeli usaha para produsen cokelat yang lebih kecil, seperti yang dikutip dari History. Cokelat-cokela itu kini juga kita kenal dan dapat kita dapatkan di beberapa toko terdekat kita.
Itulah sekilas sejarah cokelat batangan. Temuan cokelat batangan ini juga mengubah industri camilan. Seberapa berartikah keberadaan cokelat dalam hidupmu? Bagikan pendapatmu di kolom komentar, ya!